SERIUS !!! SIAGA BENCANA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Baca Juga

Richek Pasukan : AKBP. Leonardus Simamarta Kapolres Mojokerto
detakinspiratif.com - Belajar dari kebakaran hutan dan lahan tahun-tahun sebelumnya menginjak peralihan musim. Dari musim penghujan ke musim kemarau. Pemerintah menggunakan jurus  lebih komprehensif untuk mengatasinya. Mulai dari cara preventif, penerapan early warning system, pembuatan sumur bor, canal blocking, penegakan hukum, sampai upaya jangka panjang membenahi ekosistem gambut.




Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih menjadi persoalan yang serius, selama 18 tahun terakhir. Khususnya di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.




Di Mojokerto Jatim, di hutan pinus Tahura Pacet dan Trawas serta di Kemlagi dan Jetis dan Dawar. Di musim kemarau masyarakat kurang berhati-hati dalam melakukan pembukaan lahan sebagai menjadi faktor utama penyebab kebakaran. Dampak buruk kebakaran ini adalah gangguan kesehatan dan kerugian ekonomi. Bahkan memunculkan protes dari negara-negara tetangga.




Dalam mengantispasi hal itu, sebanyak 350 personil berbagai elemen disiagakan untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah hukum Polres Mojokerto. Ratusan satuan tugas (satgas) dari berbagai elemen tersebut mengikuti apel gelar pasukan yang digelar di halaman Mapolres Mojokerto, Selasa (12/9/2017).




Kapolres Mojokerto, AKBP Leonardus Simarmata mengatakan, karhutla jika di tingkat propensi yang bertanggungjawab Dinas Kehutanan Propensi. Di tingkat kabupaten, bupati lah yang mempunyai kewenangan. "Tadi malam, daerah Cembor di Kecamatan Pacet Mojokerto Jatim terjadi, kebakaran hutan dan beberapa hari sebelumnya lahan tebu di Puri," ungkapnya.




Bukan hanya TNI / Polri saja dalam yang terlibat dalam satgas tersebut. Elemen masyarakat seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), relawan, polisi hutan (polhut) serta polisi wanita (polwan).  




Dalam mengantisipasi karhutla, media massa cetak, elektronik juga punya kewajiban untuk mensosialisasikan, menghimbau agar semua elemen masyarakata tidak membakar lahan, termasuk para cukong," katanya.




Cuaca yang basah sepanjang tahun 2016, harus diakui sebagai faktor menurunnya kebakaran hutan di Indonesia. Sampai 12 Agustus 2016, kebakaran hutan dan lahan turun signifikan hingga hanya 74% dibandingkan dengan tahun 2015.




Namun, khusus tahun 2017 ini kewaspadaan terulangnya kebakaran hutan dan lahan harus lebih diwaspadai. Terutama pada puncak musim kemarau yang jatuh pada Agustus, September, dan Oktober.




Bulan September 2017 ini, Badan Meteorologi dan Geofisika mengeluarkan prakiraan cuaca. Di semua provinsi rata-rata curah hujan berkurang.




Dengan melihat trend curah hujan di atas, maka agaknya curah hujan akan semakin kecil yang berpuncak pada Agustus, September, dan Oktober yang berdampak pada potensi kebakaran hutan dan lahan. Itulah sebabnya, antisipasi perlu dilakukan sejak sekarang. Koordinasi antar instansi, dengan memantau titik panas (hotspot). Karena jika kebakaran bisa dicegah, biaya ekonominya jauh lebih rendah.




Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kapolri, Panglima TNI kini harus lebih padu untuk bersama-sama menyelesaikan kebakaran hutan dan lahan sedini mungkin sebelum api bergerak kemana-mana.




Presiden dalam Rapat Terbatas tentang Pencegahan dan Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan  pada 12 Agustus 2017 secara khusus menegaskan, pejabat teritorial TNI dan pejabat kewilayahan Polri harus diikutsertakan dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan, dan akan ada reward dan punishment. Itu artinya, mereka tidak bisa berdiam diri jika di wilayahnya terjadi kebakaran hutan dan lahan.




Tindakan tegas juga diberikan bagi mereka yang secara sengaja melakukan pembakaran hutan. Sanksi administrasi, perdata, dan pidana dijatuhkan untuk memberi kepastian hukum dan keadilan pada masyarakat.




Pada akhirnya pencegahan merupakan langkah yang ideal. Beberapa sumber menyebutkan, biaya pencegahan hanya 4% dibandingkan bila harus melakukan pemadaman. Itu artinya pencegahan harus menjadi prioritas. Edukasi pada masyarakat dan pemilik lahan harus menjadi fokus utama.




Langkah komprehensif mengatasi kebakaran hutan juga ditunjukkan dengan pendirian Badan Restorasi Gambut (BRG). Melalui BRG, ekosistem gambut akan ditata ulang. Kini, lahan gambut dipandang sebagai sebuah kesatuan. Itulah sebabnya BRG dibentuk bukan semata-mata mengatasi kebakaran di lahan gambut, tetapi terlebih untuk menata ekosistem gambut sehingga lebih produktif dan memberi nilai ekonomi pada masyarakat.




BRG bekerja sama dengan Universitas Hokkaido, Jepang telah membuat pengukuran tinggi muka air yang real time. Ketinggian muka air ini akan menentukan tingkat kekritisan kebakaran di lahan tersebut.




Melalui alat pengukuran Sesame yang menembus tanah sedalam 1,2 m maka tingkat kelembaban dan naik turunnya muka air di dalam gambut akan bisa terukur. Asumsinya, bila tinggi muka air gambut lebih dari 40 cm maka lahan masih lembab dan susah terbakar. Namun, bila tinggi muka air di bawah 40 cm, kondisi lahan menjadi lebih mudah terbakar.





Dengan berbagai langkah di atas kebakaran hutan diharapkan bisa diselesaikan secara tuntas dan komprehensif. ( Mj-1)


DETAK VIDEOS
SPORT VIDEOS