PAHLAWAN GERILYA KAPTEN TNI AD SRI ENDRO SOEROSO

Baca Juga

Sepuluh Nopember 1945 dikenang sebagai “Hari Pahlawan” untuk bangsa Indonesia. Dimana perang berkecamuk dimana – mana diseluruh Indonesia. Namun sejarah Indonesia mencatat, perang terbesar setelah agresi Belanda kedua, terjadi di Suroboyo yakni pada tahun 1945. Di kota – kota besar di Indonesia juga meletus perang kemerdekaan di Bandung, Medan, Batavia dan Surabaya. Berbicara sejarah perjuangan Kemerdekaan bangsa Indonesia tidak akan bisa diceritakan dalam waktu singkat.

Pada dasarnya semua penduduk Indonesia yang ketika itu dilahirkan dan dibesarkan pada kondisi revolusi fisik, bisa disebut Pahlawan Bangsa. Mereka ikut berjuang dalam memerdekan bangsa Indonesia dari penjajah kolonialisme, imperialisme. Mojokerto Jawa Timur juga bagian dari sejarah kemerdekaan. Disitu bermunculan para pemuda yang gagah berani menyabung nyawa demi kemerdekaan bangsa Indonesia. Mengangkat senjata dan berangkat perang.

Dalam goresan tulisan ini, saya mengkisahkan almarhum Kapten TNI AD Sri Endro Soeroso salah satu putra bangsa yang ikut cancut tali wondo, berjuang meyabung nyawa demi kemerdekaan Republik Indonesia dalam perang Gerilya. Beliau juga mendapatkan anugerah Bintang Jasa Kehormatan dari Presiden Panglima Tertinggi Reubik Indonesia Soekarno, sebagai “Pahlawan Gerilya”.

Beliau almarhum Kapten Sri Endro Soeroso, ketika semasa hidupnya dalam perang Kemerdakaan dalam tulisannya. Pernah ikut bertempur di Surabaya dengan pasukan penggempur Jenderal Gatot Subyanto Kompi Mayangkara. Kemudian beliaunya juga di Batalyon Gajah Mada, pernah juga bertempur di Gedangan Sidoarjo. Beliaunya juga bergabung dengan Kompi Kucing Hitam di Mojokerto, pimpinan Kapten Kamas Setyoadi guru besar perguruan pencak silat Dali Kumbang, Kedung Maling Sooko Mojokerto.

Pada 18 Desember 1948, Belanda menyerang wilayah Republik Indonesia dengan menduduki Jogjakarta. Itu adalah awal berkobarnya perlawanan Rakyat Semesta. Para pejuang tidak lagi terkungkung pada batas wilayah kekuasaan dan mereka masuk ke daerah kedudukan musuh, termasuk Mojokerto. Secara khusus dibentuklah Pasukan Penggempur Dalam (PPD) oleh STM Surabaya yang dipimpin Letkol Kretarto.

Pasukan Penggempur Dalam adalah pasukan yang tidak terikat dengan kesatuan atau induk pasukan. Kekuatan PPD setingkat kompi dengan komandan berpangkat Kapten. Di Wilayah Karesidenan Surabaya PPD yang dibentuk antara lain, Kompi Sampurno di Jombang, Kompi Matosin di Surabaya dan Kompi Kamas Setyoadi di Mojokerto. Kompi Kamas Setyadi menamakan diri sebagai “Pasukan Kucing Hitam atau Black Cat”.

Pasukan Kucing Hitam dipimpin oleh Kapten Kamas Setyoadi bergerak di sekitar wilayah Sumobito hingga ke Puri, termasuk di daerah kota Mojokerto. Sementara di utara sungai menjadi daerah gerakan Kompi Matosin. Kedua kompi lepas tersebut menjadi momok bagi pasukan Belanda dan orang-orang yang bekerja untuk Belanda. Kerap kali mereka menculik, merusak, membakar dan menyerang musuh secara mendadak yang menyebabkan kerugian besar.

Kamas adalah pemuda kelahiran Karangkedawang Kecamatan Sooko. Dia memiliki jaringan preman atau dunia hitam di Mojokerto. Pada saat mendapatkan perintah membentuk kompi PPD, Kamas segera merekrut kawan-kawannya itu untuk ikut berjuang mengusir penjajah. Dalam buku "Rakyat Jawa Timur Mempertahankan Kemerdekaan" disebutkan bila kekuatannya hanya 1 kompi kecil atau kurang dari 75 orang. Senjata yang dimiliki cuma senjata ringan dengan perbandingan 1 : 8, artinya 1 senjata setiap 8 anggota. Personil itu dibagi menjadi, seksi staf, seksi Penggempur, seksi penghadangan, dan seksi supply. Seksi Penggempur bertugas menyerang orang dan menyabotase instalasi musuh. Seksi penghadangan bagian menghadang gerakan patroli lawan. Dan seksi supply berkewajiban mencuri senjata dan mengumpulkan logistik perjuangan.

Kompi Kamas dibentuk pada tanggal 25 Desember 1948 berdasar surat perintah No. 62 yang dikeluarkan oleh Komandan Divisi I STM Surabaya yang ditandatangani Mayor Kadim. Disebutkan bila Kompi Kamas bertanggung jawab pada Kapten Umar yang membawahi daerah Mojokerto. Pada perkembangannya, sekitar Agustus 1949, Kompi Kamas dimasukkan menjadi bagian dari Batalyon 32 Diponegoro/Hizbullah yang dipimpin oleh Mayor Mansur Solikhin.

Gerakan Kompi Kamas Setyoadi yang fenomenal adalah saat membakar kawasan perdagangan di Jalan Kediri atau sekarang di Jl. Majapahit. Tujuan pembakaran toko-toko milik orang China itu karena mereka menolak menerima mata uang RI saat bertransaksi. Pedagang China hanya mau menggunakan uang Belanda dalam jual beli. Pembakaran di waktu malam itu menyebabkan protes pada Belanda yang dianggap tidak bisa menjaga keamanan. Pertengahan bulan Mei 1949, kompi Kamas melakukan penghadangan siang hari di Jalan Timur, sekarang Jl. Gajah Mada. Beberapa orang anggotanya memberondong mobil yang ditumpangi oleh Patih Mojokerto, R. Imanadi. Tidak ada korban dari peristiwa tersebut tetapi Patih Imanadi mengalami shock dan jatuh sakit akibat penghadangan tersebut. Penghadangan itu dimaksudkan untuk memberi peringatan pada kaum pribumi agar tidak berkerja dengan musuh.

Sabotase juga banyak dilakukan dengan menggunakan trek bom atau bom tarik. Jembatan, bendungan dan rel kereta api sering dijadikan sasaran peledakan. Sabotase dengan korban besar terjadi pada tanggal 7 Oktober 1949 saat menghancurkan rel kereta api di sekitar Blooto. Dua trek bom yang ditanam di rel berhasil meledak dan menghancurkan 1 gerbong kereta. Kerusakan berat pada 2 gerbong dan 4 gerbong lainnya rusak ringan. Beberapa orang meninggal dunia pada kejadian itu. Salah satu korban adalah adik ipar dari Letkol Chandra Hasan,  perwira asal Madura. Kompi Kamas Setyoadi juga mengemban tugas teritorial yaitu membina wilayah yang dikuasainya. Mereka menempatkan anggotanya menjadi komandan KODM, Komando Onder Distrik Militer atau saat ini disebut Koramil. Fungsi KODM bukan hanya mengurusi keamanan tetapi juga menangani pemerintahan sehingga sering disebut Camat Militer. Wilayah yang berhasil dibentuk KODM oleh Kompi Kamas adalah Mojokerto dipimpin Subagijo, Bangsal (Rabun Sutrisno), Puri (Kaeni Margono), Sooko (Soeroso), dan Trowulan (S. Harjono). Tanggal 10 Nopember 1949, bertepatan dengan hari Pahlawan, ke-lima daerah kecamatan itu mengeluarkan pernyataan keluar dari wilayah pemerintahan Recomba Belanda dan ikut bergabung pada pemerintahan RI.

Kemunculan pasukan Kucing Hitam sering tidak terduga. Anggotanya bisa menyusup kemana saja dan menghukum orang-orang yang dianggap berpihak pada musuh. Maka tidak heran bila Kompi Kamas sangat ditakuti. Saat penyerahan kedaulatan pada tanggal 5 Desember 1949, Belanda melarang Kompi Kamas ikut masuk ke kota Mojokerto. Namun larangan itu dapat disiasati dengan cara memberi seragam Batalyon Mansyur Solikhin pada semua anggota Kompi Kamas. Untuk mengenang jasa Kolonel Kamas Setyo Adi, namanya dijadikan nama jalan dari Kedungmaling-Karangkedawang. Sementara di Trowulan jalan Raden Wijaya di sebuah gang kecil juga, di abadikan nama almarhum Kapten Sri Endro Soeroso sebagai jalan.

RIWAYAT HIDUP

KAPTEN TNI AD  SRI ENDRO SOEROSO

( PAHLAWAN GERILYA )

Nama                            : Sri Endro Soeroso

tempat tgl. Lahir       : 25 Desember 1925, Wonokromo GG. 2  / 17 , SABAIA ( SURABAYA ).

Pangkat                        : Kapten Infanteri NRP. 123152.

Karier Selama Dinas Sebagai TNI AD :

1.       Pangkat :  Tukang Gambar - KPM - Betavia ( Jakarta ) tahun 1940 - September 1942- Kesatuan Marine Kablesmen Kepala D.J. Brooneer.

2.       Pangkat :  Kaigun Heiho ( Thokobet Heiho). ( Kopral ) - Oktober 1942 - 1945. ( Jepang Menyerah) - Kesatuan Swaigai Thai C. 21-C39. Kapal Perang Sakura pindah ke Kapal perang Thaijomaru.

3.       Pangkat :  BKR Sambongan Letnan Dua - 22 Agustus 1945 - 31 Desember 1946. Kesatuan Kapten Praptokusumo.

4.       T.R.I Batalyon Sawoenggaling Resimen 33 Divisi VI - Letnan Dua - 1 Januari 1947 - Maret 1947. Kesatuan Mojosari Mojokerto Majoor Masduki Abu.

5.       T.R.I menjelma TNI Copp. VI Divisi VI - Letnan Dua - April 1947 - 30 Desember 1948 - Kesatuan Djombang Letkol Latiep Hendraningrat - Letkol Kertarto.

6.       TNI Combet - Inteljen Cie 48 Copp. VI Divisi VI - Letnan Muda - Februari 1949-31 Desember 1949 - Kesatuan Djombang / Mojokerto. Kapten Kamas Setijadi.

7.       TNI KDM Mr. Menjilma PDM 1703 Brig.1 ( Resimen Infanteri 17/V) -  Plt. - 1 Januari 1950 - 30 Mei 1955. Kesatuan Majoor Mansjur Solichy / Kapten RA Effendi - Kapten Soeroso.- Kapten S. Harsana.

8.       TNI Infanteri "F" Resimen Infanteri 17/ V - plt. - 1 Juni 1955 - 31 Desember 1956 Kesatuan Bangkalan Madura Kapten Suharto.

9.       PDM. 1703 Resimen Infanteri 17/ V - Letnan dua - 1 Januari 1957 - 31 Desember 1959- Kesatuan Mojokerto Mojoor Sajoetiwijaya.

10.    TNI Batalyon infanteri 522 Resimen infanteri 17/ V - Lettu dan merangkap Pusdik II Eks. Permesta di Tuban / Bojonegoro. - 1 Januari 1960 - 15 September 1963. Kesatuan Tuban Majoor Moch. Soedadi.

11.    TNI Kodim 0829 Resimen Infanteri 17/ V - Lettu. - 21 September 1963 - 27 Desember 1964. Kesatuan Bangkalan Madura Majoor R. And. Karim.

12.    TNI Kodim 0815 Resimen Infanteri 17/ V Kapten (Pa Pol). - 30 Desember 1964 - 31 Desember 1966. Kesatuan Mojokerto Letkol R. Koeryadi.

13.    Karyawan BP 5 Jatim - 5 Februari 1967-31 Desember 1968. Kesatuan Sbaia Brigjen Moejayin.

14.    Staf Sekber Golkar Jatim 15 Januari 1969-10 Nopember 1972. Sbaia Assisten V / Kodam VIII Brawijaja- Kolonel Infanteri Asmanoe.

Pelda Effif 1 Januari 1950. Kep 1 No. 520 / T.V / EF / Masa / 1957.

Letda per 1 Juli 1956. Kep. No. S / 267 / 1958. Tgl. 10 Maret 1958.

Lettu per 1 Juli 1961. Rdg. Gr. 761 / 60 / Kasad/ 31 Juni 1962.

Kapten per 1 Juli 1965 TR. 3423/1966/Pangdam VIII / Brawijaja 11 Nopember 1966.

 

PENDIDIKAN UMUM:

Taman Siswo Tamat. 31 Agustus 1940. S.R. Tamat 1937.

Aplikasi Kursus - Umum Bagian A 1, tahun 1950 - 1951 Sabaia.

Aplikasi Kursus Umum B.1. tahun 1952 - 1953. Sabaia.

 

PENDIDIKAN MILITER:

Kaigun Haiho 4 bulan 1942-1943

Kader TRI 1946, enam bulan di Yogyakarta.

Dasar Infanteri / Pemberitaan Territriaal SKI Malang, Enam Bulan 1952.

Penjata di Tuban 1 Bulan 1953.

Pendidikan Territorial SPI di Cimahi Bandung 7 bulan 1953-1954.

Pendidikan SPKAD Batujajar Bandung, 9 bulan 1958-1959.

Pendidikan Suski ke 5 di Malang, 6 bulan 1963.

  

ANUGERAH TANDA JASA PAHLAWAN GERILYA

Dari Presiden Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia, Soekarno, 10 Nopember 1958.

Atas Jasanya Didalam Perjuangan Gerilya Membela Kemerdekaan Negara.

Nama                                                : Sri Endro Soeroso

Pangkat                                             : Letda NRP. 123152

Jabatan                                              : Pa. Ass III

Kesatuan / Djawatan                         : P.D.M. 1703

TANDA JASA  LAINNYA:

1.       Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia, 5 Oktober 1958

2.       Satya Lencana Peristiwa Perang Kemerdekaan Kesatu, 5 Oktober 1958

3.       Satya Lencana Peristiwa Perang Kemerdekaan Kedua , 5 Oktober 1958

4.       Satya Lencana Gerakan Operasi Militer I    ( DOM )  15 Juni 1957

5.       Satya Lencana Gerakan Operasi Militer IV  ( DOM )  15 Juni 1957

6.       Satya Lencana Kesetiaan “ 5 Oktober 1958

 

Reporter : uncle owob

 

 

 

 

 

 

DETAK VIDEOS
SPORT VIDEOS