Mengenal Tradisi Membakar Rumah Arwah dari Kertas

Baca Juga


detakinspiratif.com - Masyarakat Tionghoa tradisional masih memegang teguh tradisi leluhur mereka. Dengan membuat rumah arwah dari kertas. kemudian mereka membakar nya didepan Klenteng atau tempat peribadatan mereka Hok Sian Kiong Kota Mojokerto Jatim.


BAGI masyarakat Tionghoa konservatif, tradisi-tradisi leluhur masih dipegang erat. Salah satunya rumah arwah yang terbuat dari kertas. Di Kota Mojokerto Jatim tradisi itu masih berjalan sampai sekarang.


"Tradisi ini masih kuat bertahan sampai sekarang. Tradisi membuat rumah-rumahan sebagai bentuk kebaktian seorang anak kepada leluhur mereka.


Mereka mengirimkan rumah-rumahan dengan cara memasak berikut segala isi, "kata salah seorang umat Konghucu kepada detakinspiratif.com, Minggu malam 3 September 2017.


Banyak yang berkeyakinan, orang yang sudah mati juga membutuhkan rumah, kendaraan dan harta benda lainnya. Layaknya saat masih hidup di dunia.


"Cerita manusia hidup di dunia memerlukan tempat tinggal yang layak, kebutuhan sehari, seperti pangan, sandang dan papan. Demikian juga arwah orang yang telah meninggal dunia. Juga membutuhkan kehidupan seperti layaknya masa hidup, " tuturnya.


Bagi masyarakat Tionghoa, penghormatan kepada orang tua atau leluhur, baik yang masih hidup atau yang sudah tiada, adalah kebudayaan. Rumah rumahan biasanya terbuat dari bambu, karton, dan kertas warna warni.


Tradisi jautu atau submit rumah- rumahan lumayan banyak dipegang teguh Tionghoa yang beragama Khonghucu. Pengiriman rumah-rumahan dilakukan setelah.


Ada dua jenis kertas yang digunakan untuk mendukung rumah rumahan, pertama kertas yang bagian tengahnya berwarna keemasan ( kim cua ). Kedua, kertas yang bagian tengahnya berwarna silver ( gin cua ).


Kertas warna emas untuk dewa, sedangkan perak bagi arwah leluhur. Sebelum rumah-rumahan, anak lain-laki dari almarhum akan melakukan sembahyang mengundang roh yang sudah berumur. ( Mj-1)
DETAK VIDEOS
SPORT VIDEOS